Nopember 19, 2008 in media dan kita | Tags: kartun nabi, kartun seks, penghinaan islam Lagi, kartun nabi di layanan blog kembali muncul. Jika anda telusuri, sebenarnya tak hanya satu bahkan dua atau mungkin lebih banyak lagi. Cuma yang dikomentari dalam berita ini adalah yang termasuk paling celaka. Bagaimana kartun yang digambarkan mendekati realitas jauh lebih vulgar, ditambah lagi mengutip ayat-ayat Qur’an yang ditafsirkan menurut pemahaman tak berdasar. Sementara blog yang lain hanya bermain kata-kata dan logika tak berdasar dan mungkin bagi sebagian orang terkesan lucu, meski ada juga bagian lagu lama pengutipan gambar karikatural yang ramai dari Denmark. Kesengajaan atau Iseng? Dua kemungkinan itu pasti ada, unsur kesengajaan dan iseng mungkin biarlah pejabat berwenang yang akan menentukan. Toh UU ITE yang dapat dijadikan dasar menuntut sudah ada, dan pihak penyedia layanan juga telah mngemukakan disclaimer-nya. Jika kita telusuri lebih lanjut, beberapa posting dari blog yang sekarang sedang ramai dibicarakan adalah posting dari orang narsis, ingin cepat populer. Itu bisa dilihat dalam salah satu produk postingnya. Terlepas apakah ia ingin melakukan provokasi atau tidak, tapi yang jelas ada kecenderungan sensasionalitaslah yang dicari (mungkin jika pengadilan bisa membuktikan nantinya, baru istilah provokasi bisa digunakan). Kelola Sinergi Sebenarnya kasus-kasus pelecehan terhadap Islam tidak hanya terjadi di negara-negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Di Indonesia mungkin sudah berulang kali disaksikan. Kasus-kasus pelecehan semacam itu masih sering terjadi. Mulai dari pemberitaan di media cetak, sampai ke peliputan di televisi. tak sedikit pula yang melayangkan surat protes, namun seingkali pengelola media sering berkilah itu terjadi karena soal beda penafsiran. Jelas permasalahan harus disikapi proporsional, karena ada beda jelas antara beda penafsiran dan tujuan untuk memprovokasi kelompok tertentu. Di Amerika Serikat, yang tradisi melek media cukup tinggi, kelompok minoritas Muslim memiliki sebuah lembaga advokasi anti-diskriminasi semacam CAIR-Net. Lembaga itu berfungsi memantau segala bentuk penghinaan, pelecehan dan diskriminasi terhadap Islam dan ummat Islam. Namun beda dengan Indonesia, alih-alih lembaga seperti itu terbentuk, yang terjadi adalah aksi jual otot dan jual massa. Padahal, dalam relasi dengan media, sudah seharusnya lembaga advokasi seperti itu ada untuk mencegah agar kasus-kasus penghinaan tidak terulang kembali. Jadi menghadapi ancamana perang blog seperti itu, tentu kita tidak boleh kalah pula, luangkan waktu pula untuk berkampanye lewat blog. Sebab, kampanye yang terutama bukan sekadar membasmi pornografi belaka, namum kampanye untuk menyampaikan berita yang benar dan menginspirasikan kehidupan yang jauh lebih baik. [mth] |
Post a Comment
tanx for coment